Sindrom Burn-Out

Di banyak kalangan masyarakat dalam layanan kesehatan dan sosial, dalam sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang diperlukan kerja yang secara optimal dalam pekerjaanya dan itu secara terus menerus yang mengacu pada tugas-tugas yang sangat menjengkelkan atau memalukan untuk dilakukan, meskipun perlu. Burnout  juga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan dalam suatu kondisi stres berat yang dipicu oleh dalam suatu pekerjaan. Burnout tidak boleh dibiarkan saja secara berlarut-larut dan perlu diatasi dengan tepat karena dapat sangat mmemengaruhi kesehatan fisik dan mental. Jenis interaksi ini membangkitkan perasaan emosi dan stres pribadi yang kuat, yang sering kali dapat mengganggu dan melumpuhkan pada diri sendiri. Dalam rangka untuk melakukan efisien dan baik dalam situasi seperti itu dapat bertahan melawan emosi yang kuat ini melalui teknik pelepasan. Burn-out melibatkan hilangnya kepedulian terhadap orang-orang yang bersamanya satu bekerja. Selain kelelahan fisik (dan kadang-kadang bahkan penyakit), bum-out ditandai dengan kelelahan emosional di mana profesional tidak lagi memiliki perasaan positif, simpati, atau rasa hormat terhadap klien atau pasien. Persepsi yang sangat sinis dan tidak manusiawi terhadap orang-orang ini sering berkembang, di mana mereka dicap dengan cara yang merendahkan dan diperlakukan sesuai dengan itu. Sebagai hasil dari proses yang tidak manusiawi ini, orang-orang ini dipandang sebagai orang yang pantas mendapatkan masalah mereka dan disalahkan atas viktimisasi mereka sendiri (Ryan, 1971), dan dengan demikian ada penurunan kualitas perawatan atau layanan yang mereka terima. menerima. Profesional yang kelelahan tidak dapat berhasil mengatasi tekanan emosional yang luar biasa dari pekerjaan, dan kegagalan untuk mengatasi ini dapat dimanifestasikan dalam beberapa cara, mulai dari kinerja yang terganggu dan ketidakhadiran hingga berbagai jenis masalah pribadi (seperti penyalahgunaan alkohol dan narkoba, konflik perkawinan, dan penyakit mental). Orang-orang yang kelelahan sering kali berhenti dari pekerjaan mereka atau bahkan berganti profesi, sementara beberapa mencari perawatan psikiatri untuk apa yang mereka yakini sebagai pribadi mereka kegagalan. Informasi yang lebih luas dan terperinci tentang sindrom kelelahan telah disajikan dalam studi survei berbagai profesional kesehatan dan pelayanan sosial (Maslach, 1973, 1976; Pines & Maslach, 1976) dan dalam deskripsi pengalaman anggota staf di klinik gratis (Freudenberger, 1974).

Siapa saja sih yang  dapat mengalami brun out. Sebenernya dapat di alami semuasetiap individu Namun dalam kondisi ini lebih banyak terjadi pada orang orang yang sangat sering memaksakan diri untuk terus bekerja, kurang dalam mendapatkan apresiasi pekerjaan dari atasan dll, memiliki beban kerja yang sangat berat, atau memiliki pekerjaan yang monoton atau itu itu saja.

Ciri Ciri Burn Out

Mungkin setiap orang akan merasakan atau prnah kelelahan dan setres dalam bekerja orang yang akan mengalami burn out cenderung akan merasakan atau menumbuhkan ciri ciri sebagai berikut :

  1. Hilangnya semangat dan kelelahan dalam bekerja .

Salah satu dari ciri ciri burnout merupakann hilangnya semangat dalam bekerja dan minat terhadap suatu pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh seseorang individu. Tetap bekerja tanpa adanya semangat dapat menguras banyak energi sehingga memicu kelelahan.

  1. Benci dengan pekerjaan yang sedang dikerjakan

Burnout dapat bisa menyebabkan stres dan frustrasi dalam suatu pekerjaan. Ini dapat membuat dari seseorang menjadi sulit berkonsentrasi, merasa tidak kompetenterbebani, dan akhirnya membenci pekerjaan yang sedang ia geluti.

  1. Performa dalam bekerja menurun

Burnout juga dapat atau bisa menyebabkan performa dalam bekerja menurun. Hal ini dapat dipicu oleh hilangnya dalam minat terhadap suatu  pekerjaan yang sedang digeluti atau sedang dikerjakan, sehingga hasil yang didapat menjadi kurang memuaskan atau maksimal.

  1. Mudah emosi

Seseorang yang  yang sedang merasakan burnout cenderung akan sangat mudah untuk marah, apalagi jika semuanya tidak berjalan sesuai dengan kemauan dari setiap individu atau ekspetasinya. Ditambah lagi, performa kerja yang menurun dapat menyebabkan pekerjaan terus menumpuk. Hal ini dapat memicu stres dan emosi yang membuat penderita burnout jadi lebih sensitif.

  1. Menarik diri dari lingkungan sosialnya

Stres dan frustrasi dalam  ppekerjaan membuat si penderita burnout bersikap sinis atau emosional terhadap orang-orang yang bekerja dengan mereka. Pekerjaan yang sedang digelutinya dianggap sebagai beban dalm hidup sehingga membuat mereka enggan atau berhenti bersosialisasi dengan rekan kerja, teman, maupun anggota keluarga yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.

  1. Mudah terkena penyakit

Burnout yang terjadi secara jangka panjangan atau tidak diatasi dengan baik akan dapat membuat imunitas tubuh menjadi menurun. Kondisi ini dapat membuat seseorang rentan terkena penyakit flu, pilek, sakit kepala, dan sakit perut. Selain itu, risiko untuk alami gangguan tidur, gangguan kecemasan, dan depresi dapat meningkat.

 

Cara Mengatasi Burnout

Burnout yang tidak teratasi dengan baik dapat berdampak buruk terhadap kesehatan fisik dan mental. Maka dari iitu, jika gejala atau ciri-ciri burnout muncul, seseorang disarankan untuk mengatasinya dengan langkah-langkah berikut ini:

  1. Buat prioritas diri

Buatlah prioritas pekerjaan dalam diri yang sangat penting ke yang kurang penting. Dengan begitu, Anda tahu mana yang perlu dikerjakan terlebih dahulu, sehingga energi yang terkuras tidak terlalu banyak.

  1. Bicarakan dengan atasan saat bekerja

Komunikasikan dengan atasan mengenai kerisauan yang Anda rasakan. Saat Anda diberikan pekerjaan yang terlalu banyak, ungkapkan bahwa pekerjaan tersebut membuat Anda terbebani dan membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikannya.

  1. Kurangi ekspektasi yang terlalu tinggi dan berikan apresiasi terhadap diri mu sendiri

Atur pola pikir anda dan bersikaplah realistis dlam menghadapi sesuatu, sehingga Anda dapat menurunkan ekspektasi terhadap pekerjaan yang tengah dikerjakan. Dengan begitu, kecemasan dan stres di tempat kerja dapat berkurang. Selain itu, jangan lupa untuk memberi apresiasi terhadap diri sendiri terhadap prestasi yang pernah dicapai.

  1. Ceritakan kepada orang yang dapat dipercaya

Coba ceritakan apa yang dirasakan kepada orang-orang terdekat yang dapat Anda percaya. Meski tidak selalu mendapatkan solusi, cara ini dapat membantu melepaskan emosi negatif dan mengurangi stres pekerjaan.

  1. Jaga keseimbangan hidup

Jaga keseimbangan hidup dengan baik. Anda juga perlu untuk bersantaiii dan melupakan pekerjaan sejenak dengan pergi bersama teman atau melakukan hal yang disukai seusai jam kerja berakhir. Ini dapat membuat pikiran kembali jernih dan Anda siap untuk bekerja kembali keesokan harinya.

  1. Ubah gaya hidup anda

Terapkan gaya hidup sehat dengan cara mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, dan tidur yang cukup. Hal-hal ini dapat mendukung tubuh yang sehat dan pikiran yang lebih mudah fokus, sehingga menurunkan risiko terjadinya burnout.

Selain itu, Anda juga bisa mencoba mencari hobi baru atau melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya untuk mengatasi burnout.

Burnout dalam pekerjaan tidak hanya berpengaruh pada hasil kerja Anda, tapi juga dapat meregangkan hubungan dengan orang-orang di sekitar Anda dan menurunkan kesehatan Anda.

Oleh karena itu, apabila ciri-ciri burnout muncul, segera atasi dengan cara-cara di atas. Jika cara tersebut telah diterapkan tapi Anda masih tetap mengalami burnout, coba berkonsultasi kepada psikolog untuk mendapatkan penanganan yang tepat atau mungkin pertimbangkan peluang kerja di perusahaan lain.

 

Sumber :

Maslach, C., & Pines, A. (1977). The burn-out syndrome in the day care setting. Child care quarterly6(2), 100-113.

https://www.alodokter.com/ciri-ciri-burnout-dan-cara-mengatasinya 

Proud to be a Counselor…..Saya Bangga!!!

Ikuti kami di media sosial lainnya!
Instagram: @hmpsbkuad
Facebook: Hmpsbk Uad
Youtube: HMPS BK UAD
Email: hm@bk.uad.ac.id